TUGAS III
Penyesuaian Diri
Individu
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Penyesuaian bukanlah aktifitas yang
statis, tetapi dinamis. Artinya kearah keadaan yang lebih baik sujauh mungkin.
Individu dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar, namun pada suatu
saat lingkungan yang disesuaikan terhadap individu. Misalnya pada jalan
berbatu, individu dapat mempergunakan alat misalnya sepatu atau kendaraaan
untuk mengatasi jalan berbatu tersebut. Namun adapula batu-batu disingkirkan
agar lingkungan dapat disesuaikan terhadap individu. Perubahan atau penyesuaian
lingkungan terhadap individu berarti penguasaan alam sekitar terhadap individu.
Sebagai formulasi atau perumusan interaksi dapat menggunakan rumus dari ini:
W-O-W dengan pengertian W adalah lingkungan, dan O adalah organizem atau
individu. Arti dari formula itu ialah bahwa lingkungan mempengaruhi individu
dan individu kembali mempengaruhi lingkungan. Interaksi berlangsung terus
menerus dari muka ke belakang, yaitu lingkungan merupakan individu dan individu
mempengaruhi lingkungan, demikian seterusnya.
Steven,
S.S., Editor, Handbook of Experimental
Psychology, John Willy and Sons, Inc., New York, 1951.
Branca,
Albert A., Psychology, The Science of
Behavior, Allyn and Bacon Inc., Botton, 1965.
Pembentukan Kepribadian
Menurut
Atkinson dkk (1993) ketika bayi lahir, dia membawa potensial tertentu.
Karakteristik seperti warna mata dan warna rambut, bentuk hidung seseorang yang
berdasarkan pada saat konsepsi (pertemuan antara sel tekur dan sel sperma).
Intelegensi dan kemampuan tertentu seperti bakat seni dan musik, beberapa hal
juga terjadi karena faktor keturunan.ada bukti yang semakin banyak bahwa
perbedaab reaktifitas emosional mungkin bersifaat bawaan. Penelitian terhadap
bayi yang baru lahir (Thomas dan Chess dalam Atkonson, dkk, 1993) menemukan
bahwa perbedaab karakteristik seperti tingkah laku keaktifan, rentan perhatian,
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, dan suasana
hati pada umumnya, dapat diamati segera setelah kelahiran.
Orang tua mungkin memberikan respon
yang berbeda terhadap bayi yang mempunyai karakteristik berbeda. Dalam hal ini
terjadi timbal balik yang memperkuat karakteristik kepribadian yang ada sejak
lahir. Misalnya seorang bayi yang berhenti menangis bila ditimanmg dan didekap
erat akan lebih menyenangkan untuk digendong dibandingkan bayi yang memalingkan
kepala dan tetap menangis. Akibatnya bayi pertama akan lebih sering digendong
daripada bayi kedua; predisposisi awal lebih diperkuat oleh respon orang tua.
Predisposisi
biologis yang dibawa sejak lahir akan dibentuk melalui pengalaman yang
diperoleh dalam proses perkembangan atau pertumbuhan. Sebagian dari pengalaman
ini bersifat umum, dialami oleh sebagian orang tua yang dibesarkan dalam budaya
tertentu; pengalaman lain bersifat unik bagi seseorang.
1. Pengaruh biologis.
Kenyataan bahwa perbedaan suasana hati
dan tingkat keaktifan dapat diamati segera setelah kelahiran menunjukkan adanya
faktor genetik. Penelitian tentang pewarisan karakteristik kepribadian
difokuskan pada penelitian anak kembar.
Loehlin dan Nichols meneliti 139 anak
kembar yang mempunyai jenis kelamin sama (berusia rata-rata 55 bulan) dinilai
oleh ibu mereka berdasarkan beberapa karakteristik kepribadian tertentu. Kembar
identik jauh lebih serupa dalam keaktifan dan kreativitas emosional dan
kemampuan sosial dibandingkan kembar frenternal. Jika tes kepribadian diberikan
kepada kembar dewasa, biasanya kembar identik memberikan jawaban yang lebih
mirip.
Namun kemiripan ini disebabkan karena
kembar identik lebih mendapatkan perlakuan yang lebih mirip dibandingkan kembar
freternal. Menurut willerman (dalam Atkinson, 1993) beberapa penelitian
membandingkan anak kembar yang diasuh bersama tidak menemukan petunjuk bahwa
pengasuhan secara terpisah menurunkan kemiripan kepribadian seseorang.
Meskipun penelitian tentang anak kembar
menunjukkan bahwa beberapa karakteristik kepribadan diwariskan, tidak terdapat
bukti bahwa karakteristik ini ditentukan oleh gen-gen tertentu. Mungkin
kesamaan tubuh dan fisiologis pada kembar identik menyebabkan timbulnya
kemiripan kepribadian.
2.
Pengalaman
Faktor
lain yang besar pengaruhnya bagi kepribadian adalah hasil hubungan kita dengan
lingkungan dn pengalaman. Para ahli membedakan dua macam pengalaman yang
mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu pengalaman umun dan pengalaman unik.
Pengalaman umum
yaitu semua keluagra dalam suatu budaya tertentu memiliki keyakinan, kebiasaan,
dan nilai yang umum. Selama perkembangannya anak belajar untuk melakukan
prilaku yang diharapkan oleh budaya tersebut. Tekanan budaya dan sub budaya
menemukan beberapa kemiripan kepribadian. Meskipun demikian kepribadian
seseorang tidak akan dapat di prediksi sepenuhnya dari pengetahuan tentang
kelompok dimana orang itu dibesarkan.
Pengalaman unik
yaitu setiap orang bereaksi terhadap tekanan sosial dengan caranya sendiri.
Seperti yang telah kita ketahui, perbedaan perilaku individu mungkin disebabkan
faktor biologis. Perbedaan itu mungkin juga berkembang dari ganjaran atau
hukuman yang ditetapkan orang tua. Bahkan meski tidak menyerupai ayah ibunya,
dari lingkungan rumahnya, anak akan dipengaruhi oleh orang tua tersebut.
Diluar wrisan biologis yang unik dan
cara penyampaian budaya tertentu, individu dibentuk oleh pengalaman khusus.
Penyakit yang disertai pemulihan yang lama, bisa menimbulkan kegemaran untuk dirawat
dan penantian kesembuhan tersebut secara mendalamdapat mempengaruhi
kepribadian. Kematian orang tua dapat mengganggu identifikasi peranan seksual
yang lazim. Kecelakaan traumatis, kesempatan untuk mempertontonkan
kepahlawanan, meninggalkan teman karena pindah keluar negri, pengalaman pribadi
semacam ini, yang tidak terbatas jumblah dan jenisnya, dapat mempengaruhi
perkembangan seseorang.
Disamping itu, sejak lahir seorang anak
sudah membawa ciri-ciri tertentu dan secendrungan-kecendrungan tertentu. Pengalaman
ini menentukan bagian dirinya yang bersifat khas, unik, dan tidak ada duanya.
Sumber
dari :
Prabowo.
H. 1995. Seni PsikopatologiSebagai Alat Bantu Terapi. Edisi Revisi. Makalah
(tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar