Hello


Welcome Graphic #135


Senin, 01 April 2013

Tugas Kesehatan Mental III


TUGAS III
Penyesuaian  Diri
Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Penyesuaian bukanlah aktifitas yang statis, tetapi dinamis. Artinya kearah keadaan yang lebih baik sujauh mungkin. Individu dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar, namun pada suatu saat lingkungan yang disesuaikan terhadap individu. Misalnya pada jalan berbatu, individu dapat mempergunakan alat misalnya sepatu atau kendaraaan untuk mengatasi jalan berbatu tersebut. Namun adapula batu-batu disingkirkan agar lingkungan dapat disesuaikan terhadap individu. Perubahan atau penyesuaian lingkungan terhadap individu berarti penguasaan alam sekitar terhadap individu. Sebagai formulasi atau perumusan interaksi dapat menggunakan rumus dari ini: W-O-W dengan pengertian W adalah lingkungan, dan O adalah organizem atau individu. Arti dari formula itu ialah bahwa lingkungan mempengaruhi individu dan individu kembali mempengaruhi lingkungan. Interaksi berlangsung terus menerus dari muka ke belakang, yaitu lingkungan merupakan individu dan individu mempengaruhi lingkungan, demikian seterusnya.
Steven, S.S., Editor, Handbook of Experimental Psychology, John Willy and Sons, Inc., New York, 1951.
Branca, Albert A., Psychology, The Science of Behavior, Allyn and Bacon Inc., Botton, 1965.


Pembentukan Kepribadian
Menurut Atkinson dkk (1993) ketika bayi lahir, dia membawa potensial tertentu. Karakteristik seperti warna mata dan warna rambut, bentuk hidung seseorang yang berdasarkan pada saat konsepsi (pertemuan antara sel tekur dan sel sperma). Intelegensi dan kemampuan tertentu seperti bakat seni dan musik, beberapa hal juga terjadi karena faktor keturunan.ada bukti yang semakin banyak bahwa perbedaab reaktifitas emosional mungkin bersifaat bawaan. Penelitian terhadap bayi yang baru lahir (Thomas dan Chess dalam Atkonson, dkk, 1993) menemukan bahwa perbedaab karakteristik seperti tingkah laku keaktifan, rentan perhatian, kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, dan suasana hati pada umumnya, dapat diamati segera setelah kelahiran.
            Orang tua mungkin memberikan respon yang berbeda terhadap bayi yang mempunyai karakteristik berbeda. Dalam hal ini terjadi timbal balik yang memperkuat karakteristik kepribadian yang ada sejak lahir. Misalnya seorang bayi yang berhenti menangis bila ditimanmg dan didekap erat akan lebih menyenangkan untuk digendong dibandingkan bayi yang memalingkan kepala dan tetap menangis. Akibatnya bayi pertama akan lebih sering digendong daripada bayi kedua; predisposisi awal lebih diperkuat oleh respon orang tua.
Predisposisi biologis yang dibawa sejak lahir akan dibentuk melalui pengalaman yang diperoleh dalam proses perkembangan atau pertumbuhan. Sebagian dari pengalaman ini bersifat umum, dialami oleh sebagian orang tua yang dibesarkan dalam budaya tertentu; pengalaman lain bersifat unik bagi seseorang.
1.      Pengaruh biologis.
Kenyataan bahwa perbedaan suasana hati dan tingkat keaktifan dapat diamati segera setelah kelahiran menunjukkan adanya faktor genetik. Penelitian tentang pewarisan karakteristik kepribadian difokuskan pada penelitian anak kembar.
Loehlin dan Nichols meneliti 139 anak kembar yang mempunyai jenis kelamin sama (berusia rata-rata 55 bulan) dinilai oleh ibu mereka berdasarkan beberapa karakteristik kepribadian tertentu. Kembar identik jauh lebih serupa dalam keaktifan dan kreativitas emosional dan kemampuan sosial dibandingkan kembar frenternal. Jika tes kepribadian diberikan kepada kembar dewasa, biasanya kembar identik memberikan jawaban yang lebih mirip.
Namun kemiripan ini disebabkan karena kembar identik lebih mendapatkan perlakuan yang lebih mirip dibandingkan kembar freternal. Menurut willerman (dalam Atkinson, 1993) beberapa penelitian membandingkan anak kembar yang diasuh bersama tidak menemukan petunjuk bahwa pengasuhan secara terpisah menurunkan kemiripan kepribadian seseorang.
Meskipun penelitian tentang anak kembar menunjukkan bahwa beberapa karakteristik kepribadan diwariskan, tidak terdapat bukti bahwa karakteristik ini ditentukan oleh gen-gen tertentu. Mungkin kesamaan tubuh dan fisiologis pada kembar identik menyebabkan timbulnya kemiripan kepribadian.
2.      Pengalaman
Faktor lain yang besar pengaruhnya bagi kepribadian adalah hasil hubungan kita dengan lingkungan dn pengalaman. Para ahli membedakan dua macam pengalaman yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu pengalaman umun dan pengalaman unik.
Pengalaman umum yaitu semua keluagra dalam suatu budaya tertentu memiliki keyakinan, kebiasaan, dan nilai yang umum. Selama perkembangannya anak belajar untuk melakukan prilaku yang diharapkan oleh budaya tersebut. Tekanan budaya dan sub budaya menemukan beberapa kemiripan kepribadian. Meskipun demikian kepribadian seseorang tidak akan dapat di prediksi sepenuhnya dari pengetahuan tentang kelompok dimana orang itu dibesarkan.
Pengalaman unik yaitu setiap orang bereaksi terhadap tekanan sosial dengan caranya sendiri. Seperti yang telah kita ketahui, perbedaan perilaku individu mungkin disebabkan faktor biologis. Perbedaan itu mungkin juga berkembang dari ganjaran atau hukuman yang ditetapkan orang tua. Bahkan meski tidak menyerupai ayah ibunya, dari lingkungan rumahnya, anak akan dipengaruhi oleh orang tua tersebut.
Diluar wrisan biologis yang unik dan cara penyampaian budaya tertentu, individu dibentuk oleh pengalaman khusus. Penyakit yang disertai pemulihan yang lama, bisa menimbulkan kegemaran untuk dirawat dan penantian kesembuhan tersebut secara mendalamdapat mempengaruhi kepribadian. Kematian orang tua dapat mengganggu identifikasi peranan seksual yang lazim. Kecelakaan traumatis, kesempatan untuk mempertontonkan kepahlawanan, meninggalkan teman karena pindah keluar negri, pengalaman pribadi semacam ini, yang tidak terbatas jumblah dan jenisnya, dapat mempengaruhi perkembangan seseorang.
Disamping itu, sejak lahir seorang anak sudah membawa ciri-ciri tertentu dan secendrungan-kecendrungan tertentu. Pengalaman ini menentukan bagian dirinya yang bersifat khas, unik, dan tidak ada duanya.
Sumber dari :
Prabowo. H. 1995. Seni PsikopatologiSebagai Alat Bantu Terapi. Edisi Revisi. Makalah (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar