Hello


Welcome Graphic #135


Senin, 10 Juni 2013

tugas 3 tulisan 2


TULISAN 2
Hubungan interpersonal

a.      Model- model hubungan interpersonal

·         Karakter Pribadi
Daya tarik seseorang kepada orang lain pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua hal : yang bersifat fisik ( rambut, kulit, wajah, tubuh ) dan yang bersifat non-fisik ( kepribadian, intelegensi, minat, dan hobby ). Tidak ada jawaban yang tunggal untuk pertanyaan “mengapa kita lebih menyukai seseorang dari pada orang lain ?”
Para ahli telah berusaha untuk mengidentifikasikan beberapa karakteristik umum yang mempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain. Karakter umum tersebut antara lain adalah ketulusan, kehangatan personal, kompetensi dan daya tarik fisik.
Ketulusan yaitu sifat yang paling dihargai. Artinya pun meliputi banyak hal dan banyak memberikan pendapat melalui setiap pandangan masing-masing orang seperti tulus, jujur, setia, terus terang, terbuka dan dapat dipercaya.

·         Kesamaan
Kita cenderung menyukai yang sama dengan kita yang sikap, nilai, minat, hobby, latar belakang, dan kepribadian. Hasil penelitian Rubin ( dalam Atkinson dkk, 1993 ) menunjukkan lebih dari 99% pasangan suami istri di AS terdiri dari Ras yang sama, mirip satu sama lain, memilih kesamaan ciri sosiologis ( usia, ras, agama, pendidikan, dan kelas sosial) kesamaan secara fisik ( tinggi, warna mata ) serta ciri psikologia ( intelegensi ).
Orang yang memiliki kesamaan dengan kita cenderung menyukai, mendukung, dan menyetujui keyakinan kita tentang kebenaran kebenaran pandangan kita. Keadaan sebaliknya kita tidak akan senang menjumpai orang yang tidak sependapat dengan kita. Kesamaan nilai dan minat merupakan dasar untuk melakukan aktivitas bersama dengan orang lain.
Menurut teori keseimbangan kognitif, orang berusaha mempertahankan kelarasan dan konsistensi diantara sikap mereka. Mengatur rasa suka dan rasa tidak suka nmereka mejadi seimbang.

·         Keakraban
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan menimbulkan rasa senang adalah kedekatan dapat menimbulkan keakraban. Hal ini merupakan suatu fenomena yang umum. Fenomena ini oleh Sears dkk.(1992) dapat dijelaskan dengan apa yang disebut denga efek eksposur belaka ( the mere exposure ). Efek ini merupakan fonomena keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka terhadap orang lain. Hasil penelitian Zajonc dkk. Menunjukkan bahwa makin sering subjek melihat suatu wajah, semakin besar rasa suka mereka terhadap wajah tersebut dan semakin besar kemungkinan mereka menyukai orang itu.

·         Kedekatan
Menurut Atkinson dkk (1993) salah satu prediktor terbaik mengenai apakah dua orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak tempat tinggal mereka. Kenyataannya bila dua orang hanya tinggal dalam jarak 10 blok. Jauh lebih kecil kemungkinannya untuk berteman bila dibandingkan dengan mereka tinggal bersebelhan satu sama lain.
Mengapa kedekatan dapat menimbulkan rasa suka ? terdapat tiga faktor yang mempengaruhi daya tarik interpersonal dengan kedekatan. Pertama kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kedua keakraban sering berkaitan dengan kesamaan. Kita sering kali memilih tinggal dan bekerja dengan orang yang kita kenal dan selanjutnya kedekatan geografis kita akan meningkatkan kesamaan. Faktor ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada orang yang jauh.



b.      Melalui hubungan pembentukan kosan dan ketertarikan interpersonal dalam melalui hubungan
Kehangatan merupakan karakteristik pokok yang mempengaruhi pesan pertama kita mengenai orang lain. Apa yang membuat orang lain nampak hangat dan ramah ? Atau sebaliknya apa yang membuat orang lain tampak dingin ? Hasil penelitian Folkes dan Sears (dalam Sears dkk, 1992) menunjukkan seseorang nampak hangat dan ramah apabila ia menyukai hal tertentu yang sedang dibicarakan, memujinya, dan menyetujuinya. Dengan kata lain memiliki sikap yang positif terhadap orang atau benda. Sebaliknya orang dingin adalah bila mereka tidak menyukai hal tersebut, meremehkannya, mengatakan hal tersebut mengerikan, dan biasanya mencelanya.
Hasil penelitian Dion dan Berscheid (dalam Atkinson dkk, 1993) menunjukkan bahwa daya tarik fisik ternyata tidak terbatas pada masalah kencan dan perjodohan. Anak laki-laki yang rupawan ( usia 5 – 6 tahun ) ternyata lebih populer ketimbang anak-anak yang kurang begitu menarik. Orang dewasa sekalipun akan lebih terpengaruh terhadap daya tarik fisik seorang anak, baik secara fisik maupun perilakunya.

c.       Intimasi dan hubungan pribadi
Keintiman tumbuh dari kebutuhan sebelumnya akan kelembutan, namun lebih spesifik dan melibatkan hubungan interpersonal antara dua orang dengan status kurang lebih setara. Keintiman berbeda dengan minat seksual. Bahkan keintiman berkembang sebelum pubertas, idealnya selama praremaja yang biasanya didapati antara dua orang anak-anak, masing-masing memandang pasangannya sebagai orang dengan nilai setara. Oleh karena itu keintiman adalah dinamisme yang membutuhkan kemitraan yang seimbang, maka hal ini biasanya tidak didapati dalam hubungan orang tua-anak, kecuali keduanya dewasa dan memandang satu sama lain sebagai orang yang sebanding.
Keintiman adalah dinamisme dengan sifat integrasi yang cenderung untuk menarik reaksi penuh cinta kasih dari orang lain, oleh karena itu dapat mengurangi kecemasan dan kesendirian, dua pengalaman yang sangat menyakitkan. Oleh karenanya keintiman membantu kita mengurangi kecemasan dan kesendirian, maka keintiman adalah pengalaman berharga yang sebagian besar orang sehat inginkan.
d.      Intimasi dan pertumbuhan
Dewasa muda ditandai dengan krisis psikososial keintiman versus ketersaingan. Keintiman adalah kemampuan untuk meleburkan identitas seseorang dengan orang lain tanpa ketakutan akan kehilangan identitas tersebut. Oleh karena itu keintiman hanya dapat dicapai ketika seseorang telah membentuk ego yang stabil. Maka perasaan tergila-gila akan seseorang yang biasa ditemui pada remaja muda bukanlah keintiman yang sebenarnya. Orang yang tidak yakin akan identitas diri mereka sendiri bisa menarik diri dari keintiman psikososial atau dengan putus asa mencari keintiman dari hubungan seks yang tidak bermakna.
Sebaliknya, keintiman yang matang berarti kemampuan dan kemauan untuk berbagi rasa percaya yang timbal balik. Hal ini melibatkan pengorbanan, kompromi, dan komitmen dalam hubungan dua orang yang setara. Hal ini harusnya merupakan syarat pernikahan, namun banyak perkawinan kurang memiliki keintiman karena anak muda menikah sebagai bagian dari pencarian identitas yang mereka gagal lakukan selama remaja.


Sumber:
Dwi Riyanti, B.P. , Prabowo Hendro, Psikologi Umum 2, Gunadarma, Jakarta, 1998.
Jess Feist, Gregory J. Feist,  Theories of Personality 7th ed,  Penerbit Salemba,  Jakarta,  2010.
Penerjemah : Handriatno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar